Makan Steak Memiliki Etika Yang Harus Dimengertu


Makan steak merupakan salah satu cabang etika yang harus diketahui. Apalagi sekarang kita hidup di zaman di mana steakhouse hadir di tempat yang berbeda – dari yang kasual hingga yang lebih formal. Tapi apa pun yang kita nikmati, cara makan yang benar membuat pengalaman bersantap lebih menarik.

Kami juga berbicara tentang etika makan, tentu saja kami juga berbicara tentang gengsi. Tentu ada gengsi tersendiri sewaktu kita makan steak menggunakan garpu untuk memotong daging. Hal ini dipadukan dengan penggunaan sumpit saat ingin memakan masakan Jepang menjadi contoh yang lain.

Hanya menerapkan cara makan steak, semuanya dimulai dengan memilih potongan daging favorit kami dan memilih suhu yang tepat.

Mengetahui Variasi Steak

Dulu kami hanya menyajikan tiga jenis daging, seperti Tenderloin, Entrecote, dan T-Bone. Padahal masih banyak pilihan lain selain ketiganya. Asal usul daging juga menjadi beragam. Ada wagyu dari Jepang, daging sapi Amerika, daging sapi Australia dari Selandia Baru dan tentu saja pilihan lokal yang lebih bervariasi.

Tentu saja, masing-masing dari kita memiliki pilihan favorit. Ada orang yang sangat ingin menikmati kemewahan rasa beef tenderloin atau daging filet mignon dengan kelembutan yang diberikan. Jika ada yang ingin menikmati rasa “daging” dengan memilih sirlion. Ketahui perbedaan antara steak sirloin jika Anda tidak yakin mana yang akan menjadi favorit kami berikutnya. Cara Amerika vs Cara Eropa

Ok Anda senang membungkuk dengan seluncuran air, Anda dapat menikmati steak Anda dengan dua cara: Amerika dari Eropa. Keduanya menganut cara memegang garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan. Perbedaan?

Cara Amerika biasanya diperlihatkan dengan kita memotong daging terlebih dulu, lalu meletakkan pisau di piring atas dan memindahkan garpu ke kanan untuk menikmati hidangan.

Sedangkan cara Eropa tidak mengharuskan kita berpindah tangan. Namun, etika di Indonesia menganjurkan kita untuk menggunakan tangan kanan saat makan.

Orang Indonesia kebanyakan menggunakan cara Eropa yang mana langsung memakannya dengan tangan kiri. Banyak yang mengikuti tren ini sehingga melupakan budaya Indonesia.